- Cerpen
- Penulis : Rudi Skay
PAGI itu seorang sahabat lama datang berkunjung kerumah saya, setelah puluhan tahun kami tidak pernah bertemu, dan pagi itu kami banyak bercerita sambil menikmati minum kopi.
Ada sebuah kisah yang saya jadikan tulisan di sini, dan kisah ini saya kutip dari cerita sahabat saya itu, dan entah siapa pengarang atau asal-usul cerita ini belum saya ketahui secara pasti.
Premis dari cerita ini adalah tentang seorang lelaki gelandangan berkapak yang diinterogasi oleh malaikat maut setelah mengikuti sayembara untuk menemani mayat seorang saudagar kaya di dalam kubur.
Kita beri judul saja cerita ini dengan judul :
“Malaikat Maut dan si Kapak”
– Selamat membaca –
*****
DI SEBUAH KOTA, pada masa belum ditemukannya teknologi seperti sekarang. Hiduplah seorang saudagar kaya-raya yang bernama Marukh. Saudagar ini sangat terkenal di seluruh penjuru negeri karena kekayaannya.
Bisa dibilang ia adalah orang terkaya di kota itu. Kehidupannya pun bagai raja, ia tinggal di sebuah rumah bagai istana yang memiliki banyak pengawal.
Seiring usianya yang berangsur tua, Marukh sang saudagar merasa hidupnya tidak akan lama lagi dan akan segera mati. Ia sering bermimpi buruk tentang kematian.
Hingga pada suatu hari saudagar Marukh memanggil semua pengawalnya untuk mengadakan sayembara besar.
Setelah semua pengawal dan pelayannya berkumpul maka saudagar Marukh pun berkata.
“Wahai semua pembantu dan pengawalku, hari ini aku akan mengumumkan sesuatu yang penting kepada kalian.” Saudagar itu berkata sambil duduk di singgasana dengan suara berat, dan ia kembali diam teringat mimpi-mimpi yang sering mengganggu pikirannya.
“Berita apa yang ingin tuan kabarkan kepada kami wahai tuanku.” Jawab seorang komandan pengawal kepada saudagar Marukh.
“Aku akan mengadakan sayembara, dan sampaikan kepada seluruh penduduk negeri tentang sayembara ini.” Kata saudagar Marukh dan kembali diam termenung.
“Sayembara apakah gerangan wahai tuanku.” Kata pengawal itu lagi.
“Tidak lama lagi aku akan menemui ajal dan mati, maka aku umumkan kepada semua orang, barang siapa yang bersedia dan mau menemani jasadku nanti di dalam kubur selama 40 hari, maka aku akan memberikan separuh hartaku untuk orang tersebut.” Kata saudagar itu.
Maka setelah pengumuman sayembara itu diadakan, seluruh pengawal bergerak mengumumkan ke seluruh pelosok negeri dan mencari orang yang bersedia mengikuti sayembara itu.
Berita pun cepat tersebar, beberapa hari berlalu semua orang pun telah mendengar sayembara itu. Tapi tidak ada seorang pun yang berminat dan tidak ada penduduk yang bersedia mengikuti sayembara itu.
Walau hadiahnya harta melimpah namun semua orang merasa takut untuk tidur menemani mayat selama 40 hari, apalagi dalam kuburan.
Sebulan berlalu, sang saudagar pun bertambah resah, karena belum juga ada seorangpun yang bersedia ikut sayembara itu. Maka ia pun menambah hadiah lebih banyak lagi agar ada orang-orang bersedia mengikuti sayembara itu.
Tapi pengumuman itu tidak merubah keadaan, seluruh orang di penjuru negeri masih tidak ada yang berminat.
Hingga akhirnya pada suatu hari datanglah seorang laki-laki dengan pakaian compang-camping seperti gelandangan mengahadap dan menemui saudagar itu.
“Wahai kisanak siapakah engkau ini ?” Kata saudagar Marukh bertanya kepada orang itu.
“Saya datang menghadap tuan untuk mengikuti sayembara.”
“Apakah engkau benar-benar bersedia menemani jasadku di dalam kubur setelah aku mati nanti ?” Sang saudagar menegaskan kata-katanya.
“Saya bersedia menemani tuanku di dalam kubur selama 40 hari.” Jawab orang itu meyakinkan.
Maka setelah membuat kesepakatan dan perjanjian tertulis, maka lelaki gelandangan itu di persilahkan pulang dan menunggu panggilan saat sang saudagar mati nanti.
Hari pun berlalu, benar saja setelah seminggu kemudian sang saudagar pun mati menemui ajalnya. Maka sang lelaki gelandangan itu dijemput pengawal untuk melaksanakan perjanjiannya.
Setelah upacara belasungkawa dan persiapannya di lakukan. Maka dibuatkanlah desain kuburan sesuai keinginan saudagar Marukh sebelum mati.
Sebuah lubang kubur yang besar, yang di sebelah mayat dibuat ruang untuk orang yang menemaninya dengan sebuah lubang udara di atasnya. Dilengkapi seutas tali untuk membunyikan lonceng untuk memberi isyarat permintaan sesuatu kepada para pengawal di luar kubur selama 40 hari.
Tidak lama setelah sang saudagar dimasukkan ke dalam peti dan diungguk tanah dalam kubur, terdengar suara gemuruh seperti gempa.
“Baarrr !” Beerrr !” Terdengar langkah malaikat datang, setiap langkahnya menguncang bumi seperti gempa, dan hal itu cuma dirasakan oleh lelaki gelandangan itu di dalam kubur bersama mayat saudagar.
Lelaki itu panik, ia menyadari malaikat akan datang ke keburan itu, maka ia pun pasrah ketika malaikat maut telah tiba di hadapannya.
“Marrobbuka ! Siapa Tuhanmu wahai manusia !” Kata sang malaikat dengan suara menggelegar membuat bumi berguncang.
Tapi anehnya sang malaikat tidak menginterogasi mayat saudagar, tapi malah bertanya kepada laki-laki itu.
“Tuhanku adalah ALLAH.” Kata lelaki itu kepada malaikat.
Malaikat maut memperhatikan lelaki itu, lalu kembali menginterogasi.
“Wahai manusia siapa namamu ?”
“Saya juga lupa nama saya, tapi semua orang memanggil saya dengan sebutan si Kapak, karena setiap hari saya mengapak kayu di hutan.” Katanya sambil mengeluarkan sebuah kapak kecil di balik pakaian di pinggangnya.
“Harta apa yang paling berharga bagimu ?” Tanya malaikat itu.
“Saya tidak punya apa-apa, hanya kapak ini lah satu-satunya harta yang paling berharga untuk saya hidup.” Kata lelaki yang bernama si Kapak itu.
“Darimana kau dapat kapak itu ?”
“Kapak ini saya dapatkan dengan membelinya waktu itu.”
“Kau gunakan untuk apa kapak itu ?” Tanya Malaikat itu.
“Kapak ini saya gunakan untuk menebang ranting dan kayu di hutan.”
“Untuk apa ranting dan kayu kau tebang ?”
“Untuk saya kumpulkan menjadi kayu bakar dan saya jual di pasar.”
Begitulah setiap hari di dalam kubur, sang Malaikat datang bertanya kepada si Kapak, lalu pergi untuk datang lagi besok harinya.
Hingga hari ke 39 si Kapak memutuskan untuk menarik tali dan membunyikan lonceng di atas kubur sebagai tanda menyerah.
Maka para pengawal yang berjaga di atas kuburan segera menggali tanah dan mengeluarkan si Kapak dari dalam kubur.
“Kenapa kau bunyikan loncengnya ? Belum selesai 40 hari tinggal satu hari lagi.” Kata pengawal kepada si kapak.
“Ampun dah ah, saya menyerah tidak sanggup, dan saya tidak berminat lagi memiliki harta melimpah dari almarhum saudagar itu.”
“Memangnya kenapa ? Apa yang membuatmu berubah pikiran ?” Kata pengawal.
“Jangankan nanti punya harta melimpah, sedangkan memiliki satu kapak ini saja saya sudah pusing dan takut setiap hari ditanyain Malaikat, 39 hari pertanyaan malaikat hanya berputar soal kapak ini saja, apalagi kalau nanti saya punya harta melimpah, takut dan ngeri saya, dan saya ingat pernah sekali melukai orang dengan kapak ini, saya takut Malaikat itu besok datang dan menanyakannya, maka sebelum saya di hukum malaikat itu, saya mau menemui orang yang pernah saya lukai dan minta maaf. ” Kata si kapak menjelaskan.
“Lalu bagaimana dengan hadiah harta yang akan kau terima ? Kalau tidak sampai 40 hari maka hadiahnya bisa dikurangi bahkan bisa dibatalkan.” Kata pengawal itu.
“Ambil saja buat kalian, saya sudah tidak ingin dan tidak berminat lagi dengan hadiah dan harta itu.” Kata si Kapak, dan setelah semua ia jelaskan akhirnya si Kapak dibolehkan pergi meninggalkan tempat itu.
***SEKIAN***