Serigala Berbulu Domba

Cerita Fiksi | Oleh : Rudi Skay

Ilustrasi by Rudi Skay

SIANG ITU matahari sangat terik, terlihat seekor serigala kurus berjalan tertatih dengan lidah yang terulur meneteskan air liur. Tubuhnya penuh dengan luka-luka dan banyak meneteskan darah.

Serigala itu baru saja lolos dari serangan seekor singa. Ketika tadi ia berhasil menangkap seekor kelinci untuk dijadikan santapannya, tapi tiba-tiba seekor singa buas yang besar menerkamnya dari belakang dan sempat menyiksanya, hingga ia terluka dan berhasil kabur menyelamatkan diri.

Begitulah kehidupan serigala itu, untuk mencari makan ia harus berjuang keras mempertaruhkan nyawanya. Karena ia adalah seekor hewan predator yang ditakdirkan sebagai makhluk pemburu.

Tidak ada kata hidup mudah tanpa berjuang dan pertarungan, atau ia akan mati sebagai mangsa dan menjadi korban keganasan hewan buas lainnya, pilihan yang ada buatnya adalah berburu mangsa atau mati sebagai mangsa musuh.

Setelah cukup jauh serigala itu berjalan, maka ia pun sampai di sebuah perkampungan yang dihuni oleh manusia. Perkampungan itu cukup jauh dari hutan.

Serigala itu sangat merasa haus dan lapar. Maka ia pun melihat sebuah sungai kecil di dekat luasnya tanah lapang yang hijau di kampung itu.

Setelah cukup puas minum dan hilang rasa dahaganya, serigala itu berdiri memandang ke arah tanah lapang nan hijau oleh hamparan rumput di perkampungan itu.

Tanah lapang itu dipagari oleh pagar kayu, dan ia melihat di tengah lapangan rumput hijau itu begitu banyak domba-domba gemuk yang sehat.

Domba-domba itu sangat bahagia kehidupannya. Mereka berlari-lari kecil bercanda sesama mereka. Terkadang kawin ditempat, dan mereka makan enak tanpa harus lelah berburu kesana-kemari. Tinggal kunyah saja rumput hijau nan lebat di depan mata mereka.

Begitulah kehidupan domba-domba itu, hidup mereka mudah tanpa harus berburu dan tidak perlu bertarung untuk bisa makan. Karena mereka tergolong makhluk yang ditakdirkan sebagai korban untuk dimangsa makhluk lain.

Serigala melihat domba-domba itu dengan rasa iri. Ia pun berfikir betapa bagusnya jika ia bisa hidup seperti domba-domba itu. Maka ia pun mengatur strategi dan rencana agar bisa hidup berkumpul bersama dengan domba-domba itu.

Suatu malam mulailah serigala itu beraksi. Serigala adalah hewan yang mempunyai kesabaran yang tinggi, ia rela menunggu berjam-jam atau seharian mengintai dan mengawasi sesuatu dalam melakukan perburuan. Sama seperti buaya dan makhluk pemburu lainnya. Mereka menunggu moment yang tepat, tanpa sebuah kesabaran maka rencana mereka bisa gagal dan menjadi sia-sia.

Malam itu serigala mulai menyelinap memasuki pagar dan mendekati kandang domba, kebetulan malam itu hujan deras dan domba-domba sedang tertidur nyenyak.

Tanpa menemui banyak kesulitan serigala itu berhasil menyergap dan menangkap seekor domba yang gemuk dan besar.

Setelah berhasil membunuh domba itu kemudian sang serigala menyeret lalu membawanya agak jauh dari kandang dan lapangan itu. Dengan maksud agar pembantaian itu tidak diketahui oleh domba-domba yang lain.

Beberapa hari serigala itu hanya makan dan tidur menikmati daging domba yang berhasil ia tangkap, sambil menjemur kulit domba itu untuk dijadikannya sebagai pakaian penyamarannya nanti.

Ia bersiasat mengubah dirinya menjadi seperti seekor domba.

Setelah daging domba itu telah habis ia santap tiap hari, maka dipakainya kulit domba yang telah ia jemur itu sebagai pakaiannya yang baru.

Penampilannya sekarang persis seperti domba, cuma suaranya saja yang berbeda. Maka ia pun melatih suaranya agar mirip seperti suara domba.

“Mbeeek…!” Mbeeek..!” Suara serigala itu latihan meniru suara domba.

Tapi sial baginya, di saat sedang latihan meniru suara domba, tiba-tiba seekor beruang datang dan menyergapnya.

Beruang itu mengira sang serigala adalah seekor domba yang terpisah dari kawanan domba yang lain. Secepat kilat serigala itu lari dan menghindari beruang yang lapar itu.

Tentu saja lari serigala lebih cepat dan gesit karena ia dalam kondisi kenyang dan bugar karena menyantap daging domba beberapa hari. Sedangkan beruang itu dalam kondisi lemah karena lapar.

Maka sang serigala itu pun berhasil selamat dari ancaman beruang hitam yang besar itu. Ia terus berlari jauh menuju perkampungan dan kandang kawanan domba.

Serigala itu kemudian melenggang berjalan menuju lapangan hijau dan memasuki pagar untuk bergabung dengan kawanan domba-domba lainnya.

Tidak lama berselang, seorang manusia datang, ia adalah petani pemilik peternakan itu. Petani itu menghitung jumlah dombanya, ia tak menyadari dombanya telah tewas satu ekor dan digantikan oleh seekor srigala.

Setelah petani itu menghitung dan ia anggap cukup semua jumlah domba-dombanya, maka ia pun pergi dan meninggalkan beberapa sayuran sebagai makanan tambahan dan multi vitamin untuk domba-domba itu.

Sehari berlalu serigala itu mulai sakit perut karena ikut-ikutan mencoba memakan rumput.

Maka dihari berikutnya, di malam hari ia pun mulai menjalankan aksi pembantaian lagi. Begitulah ulah serigala itu.

Penculikan domba dan pembantaian dilakukan serigala itu berulang-ulang.

Sampai tidak terasa makin hari domba-domba itu semakin berkurang jumlahnya, karena selalu disantap oleh sang serigala.

Hingga akhirnya petani pemilik peternakan itu merasa curiga dan heran jumlah domba-dombanya terus berkurang.

Suatu malam petani itu pergi meyelidiki ke kandang domba, dan benar saja ia melihat sang serigala sedang menggigit seekor domba. Hampir saja sang serigala terkena tembakan senapan.

Sambil berlari dengan melepaskan pakaian bulu domba yang dikenakannya, serigala itu berhasil kabur di kegelapan malam.

“Kurang ajar kau serigala berbulu domba !” Teriak petani itu marah.

Maka sejak itulah muncul istilah sebutan “serigala berbulu domba.”

Istilah serigala berbulu domba menjadi sebutan melekat untuk orang yang berniat jahat tapi berpura-pura baik demi tujuannya tercapai.

Cerita ini hanyalah karangan dongeng fiksi belaka dalam versi yang berbeda.

— Sekian —

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai