APAKAH yang menjadi parameter seseorang untuk mengatakan pemahamannya itu adalah sesuatu yang lebih baik.
Mungkin Anda pernah tidak menyukai sesuatu yang tidak sesuai dengan prinsip Anda dengan kata lain beda perspektif dengan orang lain.
Kadang ada sebuah “bug” atau celah yang tidak kita sadari ketika kita telah menganggap diri kita benar. Dan orang lain bisa saja berpendapat berbeda.
Kita tidak mungkin melewati semua hal dalam hidup. Perbedaan waktu, tempat dan iklim dapat membuat perbedaan visual pada suatu jenis yang sama.
Cara pikir masing-masing orang tentu tidak semuanya sama. Ketika kita berpendapat 2=1+1 dan itu adalah benar, tetapi orang lain berpendapat 2=3-1 atau 2=2×1 dan itu juga benar. Lalu dimana salahnya ?
Akan ada banyak cara dan opsi mencapai tujuan suatu nilai yang akan diputuskan sebagai sebuah ketetapan.
Banyak jalan menuju roma, mau mudah atau rumit, lewat kanan atau kiri itu adalah pilihan masing-masing setiap orang.
Paradigma seseorang terhadap sesuatu tentu dibentuk oleh ruang lingkupnya, akumulasi informasi yang diserap ataupun pengalaman dan sebagainya.
Sering kita melihat pertengkaran dan perdebatan itu dipicu karena beda pemikiran. Terjadi paradoks dalam merumuskan sesuatu.
Maka untuk itulah dibutuhkan kebijaksanaan.
Di atas ilmu ada yang namanya moral dan akhlak. Apalah arti benar tapi melukai rasa kemanusiaan, dan itu adalah kebenaran yang sepihak.
Sesuatu yang benar bisa saja menjadi salah bila diposisikan pada waktu dan tempat yang tidak selayaknya.
Selama tidak ada pemaksaan kehendak terhadap orang lain dalam konteks beda pemikiran, dan tetap menghargai pendapat orang lain dengan mengedepankan etika akhlak dan nilai keadilan. Maka Anda termasuk orang yang bijak.
“Janganlah paksakan bebek untuk menjadi ayam.”
Rudi Skay