Mario Industri

Cerita Bersambung – Karya Rudi Skay – Serial Mario industri Bagian Ke-1

KISAH ini menceritakan tentang dua orang sahabat sejati yang bertualang hingga menyamar menjadi buruh pekerja di pabrik industri baja demi mencari keluarga mereka yang telah hilang diculik oleh seorang bos mafia jahat yang kaya-raya.

Cerita ini hanyalah cerita fiksi belaka, bila terdapat kesamaan nama tokoh, kesamaan tempat dan kejadian di kehidupan nyata itu hanyalah kebetulan saja.

– Selamat Membaca –

“UHHUUKH..! uhhuukh..! uhhuukh.. !” Suara batuk-batuk dari seorang lelaki yang berjalan lemah di tengah malam yang sepi di emperan toko di pusat kota.

Lelaki itu bernama Mario, tubuhnya kurus, usianya tidak lebih dari 45 Tahun. Tapi raut wajahnya tampak lebih tua seolah ia telah berumur 60 tahun. Semua itu karena kerasnya beban pikiran dan penyakit yang dideritanya.

Setelah cukup lama berjalan dengan nafas yang tersengal, ia duduk di sebuah bangku taman yang ada di emperan jalan. Dari tatapan matanya yang kosong, ia memandang ke arah jalan, tampak mengalir butir air mata tanpa ia sadari.

Malam itu ia baru saja mengalami peristiwa yang sangat memukul batinnya.

Terngiang dan terbayang kejadian yang baru saja ia alami.

“Ini rumah orang tuaku, bukannya rumah nenek moyangmu ! aku sudah tidak ingin lagi melihat mas di rumah ini ! saat ini juga pergilah dari sini dan jangan pernah kembali !” Berkata keras sang istri kepada Mario.

“Aku juga tidak sudi lagi melihat bapak bersama kami ! pergilah !” Berkata seorang anak lelaki remaja sambil melempar sebuah mangkuk plastik ke arah wajah Mario.

Perselisihan dan pertengkaran terjadi karena dipicu oleh Mario yang mempertanyakan desas-desus istrinya yang cantik itu selingkuh, dan mempertanyakan benarkah pria selingkuhan istrinya itu sering mengajak anak mereka berbelanja.

Mario bertanya-tanya melihat istri dan anaknya sering bepergian tanpa sepengetahuannya, dan pulang dengan membawa segala macam belanjaan pakaian baru yang mahal, sepatu baru dan sebagainya.

Dari mana semua belanjaan barang-barang mahal itu ? Sedangkan Mario sudah tidak bekerja dan tidak mampu lagi memberi uang untuk belanja dan nafkah keluarganya.

Sudah hampir tiga tahun ini Mario menderita sakit parah yang membuatnya tidak kuat untuk bekerja. Dokter memvonis bahwa Mario mengidap penyakit paru-paru yang kronis dan juga komplikasi penyakit lainnya.

Ia memiliki seorang istri yang cantik dan satu orang anak. Mereka tinggal bersama di rumah mertuanya.

Di saat Mario masih gagah untuk bekerja, awalnya ia ingin membeli rumah atau mengambil angsuran di sebuah perumahan untuk istri dan anaknya itu, namun sang mertua meminta ia tinggal saja bersama di rumah mertuanya itu, karena rumah mertuanya itu cukup besar untuk tinggal bersama.

Semasa mudanya, Mario adalah sosok lelaki yang gagah, tubuhnya padat berisi, ia pekerja keras yang tidak pernah kenal lelah.

Semua yang ia lakukan hanyalah demi keluarganya, ia bekerja banting tulang dari pagi bahkan lembur sampai malam. Ia tak pernah memikirkan lagi kondisi dirinya, yang terpenting baginya adalah kebahagian dan kebutuhan istri dan anak-anaknya.

Semua gaji dan uang yang ia dapatkan dari bekerja selalu ia berikan ke istri dan anaknya. Apapun keinginan istri dan anak-anaknya selalu ia berikan. Mario sangat memanjakan keluarganya.

Tapi sayang, keluarganya terlalu boros dan tidak pernah merasa cukup sehingga tidak ada sedikitpun menyisakan tabungan uang untuk masa depan mereka. Rasa sayang kepada keluarga membuat Mario lupa mendidik keluarganya untuk berhemat dan bersyukur.

Hingga saat Mario jatuh sakit dan tidak bisa lagi mencari nafkah, keluarganya perlahan berubah karena merasa Mario sudah tidak bisa lagi diandalkan sebagai sosok kepala keluarga yang selalu siap memberikan semua keinginan mereka.

Malam itu seakan menguliti jiwa Mario, apa yang terjadi seakan begitu menyakitkan baginya, batinnya terkoyak oleh pengkhianatan dari orang-orang yang ia cintai.

Ia tidak tau kemana harus melangkah, keluarga yang selama ini ia perjuangkan dan ia sayangi telah mencampakkan dan mengusirnya.

Tidak ada seorangpun teman yang mau menerima dan menampungnya untuk menginap walau semalam saja. Semua orang yang mengenalnya tidak ada yang mau berurusan apalagi dekat dengannya, Mario telah kehilangan kepercayaan di mata semua orang.

Karena selama ini Mario telah banyak membuat kesalahan, semenjak ia mempunyai keluarga. Ia telah melanggar HAM dan mengabaikan nilai-nilai Etika dalam pergaulan.

Banyak sahabat yang menjadi korban penipuan bisnis olehnya, Mario sering berpindah tempat kerja karena sering dipecat dan ketauan korupsi.

Rasa sayang dan cinta kepada keluarga membuat ia lupa batasan dan lupa diri, lalu segala cara ia halalkan demi uang untuk kebahagiaan keluarganya hingga mengabaikan Adab, Moral dan Akhlak dalam kehidupan.

Di tengah lamunannya, ia teringat memiliki seorang sahabat sejati di masa remaja, kabarnya sang sahabat tinggal menyendiri di sebuah bukit di tengah hutan.

Mario berfikir untuk mencari dan menemui sahabatnya itu. 25 Tahun lebih mereka tidak pernah bertemu.

Sahabatnya itu benama Luik, seorang lelaki yang penyendiri dan sangat pendiam. Saat remaja mereka berdua selalu bermain bersama.

Mario ingat ketika remaja, kepalanya robek berdarah dipukul dan dikeroyok oleh beberapa remaja nakal lainnya karena membela Luik yang tengah dibully oleh anak-anak nakal tersebut saat mereka sedang bermain.

Luik hanya diam dan memang tidak pernah ingin bermasalah dengan siapapun, ia lebih suka mengalah daripada terjadi keributan. Mario tidak terima melihat sahabatnya itu hanya diam ketika diejek dan dihina.

Dengan berani Mario menantang berkelahi kepada semua remaja yang menghina Luik. Hingga terjadi perkelahian yang membuat kepala Mario terluka, melihat Mario dikeroyok sedemikian rupa akhirnya Luik membabi-buta mengamuk hingga membuat kawanan remaja nakal itu sengsara dan lari tunggang-langgang.

Luik dan Mario selalu merasa aman bila jalan berdua, dan tidak ada seorangpun remaja nakal yang berani mengganggu mereka karena mereka berdua selalu saling melindungi, bila berkelahi selalu membuat musuh-musuh mereka babak-belur dan jera.

Waktu berputar, tidak terasa adzan subuh telah berkumandang membuyarkan semua lamunan, dingin malam hingga dini hari menjelang sudah tidak dirasakan lagi olehnya. Mario berdiri dari duduknya dan mulai melangkahkan kaki menuju setitik harapan yang terlintas ada di benaknya.

*****

Pagi itu cukup cerah, terlihat seorang wanita keluar dari pintu rumahnya lalu duduk di kursi teras kemudian memakai sepasang sepatu hak tinggi di kedua kakinya.

Sepertinya wanita itu sedang bersiap-siap untuk berangkat kerja, bisa terlihat dari pakaiannya yang rapi mengenakan pakaian jas kantor dan rok yang sedikit pendek.

“Dinoo.. ! tolong ambilkan tas mama di atas meja kamar, mama kelupaan dan sudah terlanjur pasang sepatu, ayo cepat ambil !” Kata wanita tersebut sedikit berteriak memanggil seseorang yang ada di dalam rumah.

“Iya ma..” Sahut orang yang berada di dalam rumah. Tidak lama kemudian seorang anak laki-laki remaja keluar dari pintu rumah sambil membawa sebuah tas kecil bewarna coklat dan memberikannya pada wanita tersebut.

Wanita itu bernama Pristin, dia adalah istri dari Mario. Usianya sekitar 39 tahun, namun ia masih tampak seperti seorang gadis dan masih cantik.

Pristin bekerja di sebuah perusahaan semenjak Mario berhenti bekerja, hampir tiga tahun ini ia yang menggantikan peran sebagai pencari nafkah dalam keluarga.

Setelah beberapa saat kemudian, sebuah mobil sedan silver datang dan berhenti di depan pagar halaman rumah tersebut.

“Tin.. tin..!” Suara klakson terdengar dari mobil itu.

“Mama berangkat kerja ya, itu om Boris sudah datang menjemput mama.”

“Iya, ma.” Jawab anak lelaki itu sambil menyalami dan mencium tangan mamanya.

Pristin kemudian melangkah menghampiri mobil itu, dan bergegas membuka pintu mobil dan naik, setelah pintu mobil kembali tertutup lalu mobil itu pun bergerak perlahan dan meluncur pergi meninggalkan tempat itu.

Bersambung ke Bagian 2

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai