
Cerita bersambung – Karya Rudi Skay – Serial Mario industri Bagian Ke-4
“Tiin.. ! tiin..!”
“Poom…!”
SUARA BISING klakson kendaraan dari sebuah persimpangan lampu lalu-lintas di pusat kota. Jalanan itu terlihat padat oleh deretan mobil-mobil yang berjalan pelan merayap dalam kondisi macet.
Dua orang lelaki bertubuh tegap terlihat melintasi zebra cross yang ada di persimpangan jalan itu di saat lampu lalu-lintas menyala merah.
Kedua lelaki itu tidak lain adalah Mario dan Luik, siang itu mereka baru saja selesai menemui seorang dokter spesialis penyakit dalam.
Siang itu sekitar pukul 14:00, setelah menjalani pemeriksaan medis melalui diagnosa dan scanning yang dilakukan oleh dokter, hasilnya menyatakan bahwa Mario telah sehat, detak jantung dan tekanan darahnya dinyatakan normal, paru-parunya juga dinyatakan sudah membaik.
Mario dan Luik sangat senang mendengar pernyataan sang dokter. Mereka berjalan sepanjang jalanan kota itu menyusuri emperan toko-toko lalu berhenti di depan halaman sebuah restorant, mereka sepertinya ingin makan karena merasa lapar.
Restorant itu cukup besar dan bersih dengan halaman parkir yang lumayan luas.
“Mario, apakah engkau pernah makan di sini ?”
“Pernah Luik, masakan di sini enak, apakah engkau ingin mencobanya ?”
“Tentu, ayo mari kita makan di sini saja.”
“O.K” Jawab Mario lalu mereka melangkah ke halaman itu dan masuk ke dalam restorant.
Setelah mereka memilih tempat duduk, terlihat seorang pelayan laki-laki menghampiri mereka membawa buku menu makanan.
“Selamat siang Om, mau pesan apa ? silahkan dipilih menunya.” Pelayan itu menyapa sambil memberikan buku menu kepada Mario dan Luik.
“Hmm.. saya pesan sup daging sapi super lengkap dengan nasi putih dan sambal, minumnya juz alpukat dan air mineral botol.” Kata Luik.
“Saya pesan yang sama !” Timpal Mario tanpa melihat lagi buku menu itu.
“Siap Om, ditunggu sebentar pesanannya, permisi.” Jawab pelayan itu lalu berjalan cepat meninggalkan mereka berdua.
Di saat Mario dan Luik sedang berbincang ringan menunggu makanan pesanan mereka, terlihat sebuah mobil sedan silver memasuki halaman restorant itu lalu parkir.
Dari dalam mobil itu turun seorang pria bertubuh gemuk mengenakan jas hitam rapi berdasi, dan seorang lagi bersamanya wanita cantik berambut sedikit pirang sebahu. Pria tersebut lalu melangkah diiringi pasangan wanitanya itu memasuki restorant.
Bagaikan kilat petir menyambar, Mario terhenyak dan tersentak ketika tanpa sengaja melihat kedua pasangan yang baru saja memasuki restorant tersebut.
“Ada apa Mario ?” Tanya Luik melihat Mario diam dengan wajah tegang.
“Luik, itu.. wanita bersama pria itu adalah istriku.” Jawab mario pelan sambil mengepalkan jemarinya di atas meja.
Mario hendak berdiri tetapi lengannya dipegang oleh Luik.
“Tenang dan duduk di tempatmu Mario.” Kata Luik lalu mengeluarkan sebuah topi dan kaca mata hitam dari dalam tas ransel yang ia bawa.
“Pakai ini.” Kata Luik lagi sambil meletakkan topi dan kaca mata hitam tersebut ke atas meja.
Mario hanya bisa diam di tempat duduknya karena dicegah Luik untuk berdiri. Mario lalu memakai topi dan kaca mata hitam yang diberikan Luik.
Tidak lama kemudian pelayan datang membawa makanan yang dipesan Mario dan Luik, sepertinya istri Luik tidak menyadari dan tidak memperhatikan kalau Mario sedang berada di dalam restorant itu.
“Tenangkan dirimu Mario, kita pantau saja dulu seperti apa sambil menghabiskan makanan ini, biarkan mereka selesai makan.” Kata Luik kepada sahabatnya itu.
Pria gemuk yang bersama istrinya Mario itu bernama Boris, ia adalah seorang pengusaha kaya, ia mempunyai perusahaan dan pabrik industri baja. Pristin istri Mario kini telah menjadi istri sirih Boris dan mereka telah tinggal bersama sejak Mario pergi meninggalkan istrinya tersebut.
Setelah Mario dan Luik membayar semua makanan, mereka bergegas segera keluar dan menunggu di halaman restorant.
Beberapa saat kemudian Boris dan Pristin keluar restorant dan melangkah menghampiri mobil mereka yang sedang parkir.
“Pristin ! tunggu sebentar !” Kata Mario yang berjalan mendekat saat Pristin dan Boris hendak membuka pintu mobil.
Pristin seketika menoleh ke arah Mario yang berjalan ke arahnya, Mario membuka topi dan kaca mata hitam yang dikenakannya.
Wajah Pristin seketika berubah pucat, ia seperti baru saja melihat hantu, seakan ragu dengan apa yang dilihatnya, Pristin memperhatikan Mario tanpa berkedip dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.
“Pristin, bagaimana kabarmu ?saya tidak ingin membuat keributan dan tidak ingin mengganggu kalian, saya hanya ingin bicara sebentar.” Kata Mario menyapa istrinya itu.
“Siapa dia ?!” Kata Boris menyela dan bertanya pada Pristin.
“Dia Mario yang pernah saya ceritakan.” Jawab Pristin pada Boris.
“Kita belum resmi bercerai Pristin, dan siapa lelaki ini ?” Kata Mario.
“Dia adalah mas Boris, suami saya yang baru.”
“Waw, jadi kalian telah menikah ?” Kata Mario sambil bertepuk tangan pelan, kemudian ia melangkah dan berdiri di hadapan Boris.
Wajah Mario terlihat menjadi merah, amarah yang luar biasa terbakar di dalam dadanya, ia memandang lekat kepada Boris dengan pandangan matanya yang tajam.
Saat itu Mario merasakan gejolak, murka dihatinya meronta-ronta seakan ingin melampiaskan amarahnya bahkan mudah saja baginya bila ingin menghabisi pria yang berdiri dihadapannya itu, tetapi ia cepat menguasai diri dan ingat apa yang ia pelajari tentang ketenangan batin bersama Luik selama di dalam hutan.
Membantai dan membunuh pria didepannya itu bukanlah penyelesaian, tapi hanya menuruti emosi yang akan mendatangkan masalah baru, mario berhasil menaklukkan dirinya dan menguasai pikirannya, hampir saja ia menjadi budak oleh amarahnya sendiri. Mario menghela nafas panjang dan mencoba bersikap tenang.
Luik hanya memandang mereka dengan kedua tangan dilipat di depan dada, ia yakin Mario tidak akan melakukan tindakan bodoh dan brutal.
“Selamat saudara Boris, Anda telah berhasil menikahi istri saya, mulai sekarang Pristin telah menjadi istri Anda, selamat berbahagia untuk kalian.” Kata mario menyodorkan tangan untuk berjabat tangan, Boris menyalami tangan Mario dengan wajah pucat.
Mario kemudian beralih melangkah kehadapan Pristin yang hanya diam berdiri seperti patung.
“Selamat menempuh hidup baru Pristin, maafkan kalau selama ini saya tidak mampu membuat kalian bahagia.” Kata Mario sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman dengan mantan istrinya itu.
Pristin mengulurkan tangan menyambut jabat tangan Mario, ia hanya bisa diam terpaku tanpa bisa mengeluarkan kata-kata sedikitpun.
“Saya hanya ingin tau kabar Dino anak kita Pristin, apakah dia baik-baik saja ?” Tanya Mario kepada Pristin sambil melepaskan genggaman jabat tangan mereka.
“Dino baik-baik saja dan sehat, dia tinggal bersama kami.” Jawab Pristin singkat.
“Baiklah, di lain waktu saya akan menjumpainya, sekarang saya tidak ingin menganggu waktu kalian, dan terimakasih kalian merawat Dino dengan baik, permisi dan sampai jumpa.” Kata Mario lalu melangkah diiringi Luik meninggalkan Pristin dan Boris yang berdiri diam membisu.
Bersambung…