Jujur Vs Bohong

Rudiskay.data.blog –

Menurut pandangan Anda, apakah jujur atau bohong itu adalah sifat sebagai karakter pada diri seseorang? Atau hanyalah sekedar pilihan sikap yang temporari ?

Mari kita coba observasi, uji dan bedah hal ini dari dasar, kita ambil saja contoh seorang bayi sebagai parameter kajian awal.

Seorang bayi itu adalah manusia terjujur yang murni polos dengan sikapnya. Ia akan menangis bila merasa tersakiti atau lapar, ia akan selalu bersikap sesuai dengan apa yang ia rasakan.

Jadi saya berkesimpulan bahwa pada dasarnya semua manusia itu baik,suci dan jujur dan pada masanya akan berubah sesuai ruang lngkupnya.

Lalu bagaimana dengan manusia dewasa ?  Terkadang menangis dalam bahagia, kadang terihat tersenyum dan tertawa padahal menderita dan sebagainya.

Dalam perkembangannya,  kehidupan manusia menemukan peradaban  sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat, bergaul dan saling beinteraksi.

Setiap pribadi tentu dibentuk oleh akumulasi proses pengalaman hidupnya, lingkungan, pergaulan, pendidikan dan informasi yang ia serap menjadi paradigma di kepala yang menentukan pilihan sikap dalam kehidupannya.

Bila bicara soal Jujur dan bohong, setiap manusia itu terlahir dengan fitrah yang suci dan jujur, tidak ada manusis yang lahir bisa langsung membohongi ibunya.

Lalu kenapa setelah dewasa dapat menjadi manusia yang pembohong ?

Godaan kesenangan dunia begitu hebat kawan, perjalanan hidup tidak selamanya lurus. Kadang berbelok kejalan yang terjal bahkan dapat membuat kita tersesat.

Seiring berjalannya waktu hingga manusia tumbuh dewasa, kejujuran yang murni perlahan akan pudar karena berbagai godaan ataupun kejujuran itu tergerus oleh ketakutan-ketakutan dalam hidup.

Persentase tingkat ketakukan manusia itu sangat tinggi yang berpeluang untuk dia bertindak tidak seharusnya dengan alasan menyelamatkan diri. Dari apa ?

Bisa saja karena takut kehilangan pekerjaan, takut ditinggalkan pacar, takut tidak dianggap baik dan sebagainya. Pembahasan tentang rasa takut saya urai di bab lain yaitu Mengenal Rasa Takut

Maka berubahlah kejujuran menjadi kebohongan untuk memanipulasi keadaan sehingga harapannya sesuai dengan keinginan dan kepentingan seseorang, Jujur ataupun bohong kini menjadi pilihan sikap.

Jujur dan bohong itu akan menjadi pola yang terbentuk kuat dari amalan kebiasaan, sesuatu yang dilakukan berulang-ulang hingga melekat kuat pada diri seseorang.

Bila ia berulang-ulang berbohong maka rasa bersalah akan berangsur hilang dari hatinya, dan ia akan terbiasa berbohong dengan cara yang mengesankan, tanpa rasa malu dan tanpa pernah merasa bersalah sama sekali.

Dan sebaliknya Jujur bukanlah hal yang instan sesuatu yang lekat begitu saja bagi orang dewasa. Tapi melalui proses pembiasaan diri dengan segala resiko dan konsekuensinya. Yang kadang harus dibayar dengan derita sebagai harga yang mahal.

Keduanya sama-sama punya resiko yang tidaklah mudah. Anda bisa dibenci dan dimusuhi banyak orang karena jujur atau pembohong.

Namun semua kembali pada diri masing-masing sebagai pola hidup dan pilihan sikap. Bebas dan terserah karena yang akan merasakan baik buruknya adalah diri masing-masing.

“Mungkin saya bukan orang yang Jujur, hanya saja saya selalu mendidik diri saya untuk terbiasa tidak berbohong.”

“Biarlah Anda dibenci karena memilih jujur dari pada disukai karena kebohonganmu.”

.

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai