Kesadaran

Oleh : Rudi Skay

APAKAH Kesadaran itu bisa disamakan dengan pengetahuan ?

Mari kita Uji dan dan kupas hal ini agar menemukan jawaban secara rasional dan relevan dalam kenyataan.

Sejak beberapa abad yang silam, definisi kesadaran masih kontroversial yang paradoks dari berbagai pendapat ahli, filsuf, psikolog, dan para ilmuan akademis.

Terlepas dari itu semua, mari kita mencoba memulai dengan penalaran berfikir yang objektif dari pengalaman yang ada dalam mencapai kebenaran yang empiris.

Kesadaran itu berada dalam dimensi pikiran.

Kesadaran mempunyai tingkatan dari yang rendah,menengah dan kesadaran yang tinggi, semua tingkat dipengaruhi oleh seberapa banyak pengetahuan dan pengalaman yang diadopsi serta diakumulasi oleh pikiran.

Sebagai uji materi kita ambil saja contoh kesadaran dari pengendara motor.

1. Kesadaran tingkat rendah.

Seorang pengendara sepeda motor terlihat tegang dan kaku dikarenakan ia baru belajar mengendari motor,  pada situasi ini kesadaran dan pikirannya terpaku pada prosedur cara menjalankan motor, terfokus pada perpindahan transmisi gigi mesin dan keselamatan dirinya saja, ia tidak “tau” atau tidak menyadari lampu sen motornya terus berkedip dan ia menjalankan motornya terlalu ke tengah jalan sehingga mengganggu pengendara lain.

Pada kasus ini kurangnya pengetahuan dan pengalaman dalam berkendara membuat kesadarannya alpa pada hal yang lain seperti reaksi pengawasannya terhadap sekitar dan lingkungan.

2. Kesadaran tingkat menengah.

Seorang pengendara motor tidak mengenakan helm, berlalu dengan santainya, sementara asap tebal mengepul dari knalpot motornya, dan di sepanjang jalan terlihat ceceran oli yang bocor dari mesin motor pengendara tersebut.

Pada kasus ini si pengendara sudah tidak lagi terfokus pada bagaimana cara berkendara karena ia cukup mahir dan berpengalaman dalam mengendari motor.

Saat berkendara pikirannya sudah ke hal yang lain, bisa saja masalah di kantor, rencana belanja dan sebagainya.

Tapi ia kurang menyadari antisipasi keselamatan dirinya serta hak-hak lingkungan dan orang lain dikarenakan ia tidak mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang dampak pencemaran lingkungan.

3. Kesadaran tingkat tinggi.

Seorang pengendara motor yang mengenakan helm, berkendara dengan tertib, ia mengenakan helm bukan untuk menghindari polisi atau takut kena tilang, tapi ia sadar helm adalah alat pelindung yang mengamankan kepalanya jika benturan terjadi tanpa bisa dihindari.

Ia pun berkendara secara tertib karena ia menyadari keselamatan dirinya dan pengendara lain adalah hal yang penting.

Pada kasus ini si pengendara terlihat telah menguasai pengawasan diri, situasi dan sekitar(lingkungan).

Kesiagaan dan pengawasan diri yang mampu memantau secara luas indikasi sebab akibat yang kemungkinan terjadi, terbentuk dari pengetahuan dan pengalaman itu sendiri.

Si pengendara pada tingkat kesadarannya yang tinggi telah melalui pelajaran dan pengalaman hidup yang berarti, sehingga ia mengerti dampak baik dan buruk dari sikap dan tindakannya terhadap dirinya dan lingkungan.

Jangan tunggu sampai petaka yang menyadarkan Anda agar mengerti arti dari sebuah kelalaian atau pelanggaran.

Pada contoh lain sebagai bahan uji pemahaman tentang kesadaran kita ambil sebuah peristiwa dibawah ini.

Seseorang terlihat sedang susah payah berenang ke tepi sungai untuk keluar dari air sungai tersebut.

Perenang itu begitu takutnya sehingga berupaya naik kedarat setelah diteriaki warga bahwa di sungai tersebut bersemayam seekor buaya besar di dasar sungai.

Andai perenang tersebut “mengetahui” ada buaya di sungai tersebut ia mungkin tidak akan berenang disana, yang sebelumnya ia begitu santainya menikmati berenang tanpa menyadari ancaman bahaya dibawah dasar sungai sebelum diteriaki warga.

Dari contoh-contoh di atas, silahkan definisikan sendiri arti kesadaran menurut persepsi Anda masing-masing.

Sudahkah kita sadar diri dan sadar lingkungan ? Semoga saja, beberapa kebiasaan-kebiasaan yang terus berulang akan membentuk reflek atau tindakan otomatis yang akan bergerak di luar kesadaran.

Baik dan buruk yang kita perbuat untuk diri sendiri ataupun lingkungan akan kembali pada diri kita sendiri.

Tiga sendi kesadaran dan adab pada polanya adalah diri, alam(lingkungan&masyarakat) dan sang maha pencipta.

“Ketidaktauan membutku lemah dan bodoh.”

“Andai aku Tau, tentu semua akan menjadi mudah bagiku, untuk bisa tau maka aku butuh belajar.”

“Bagai katak dalam tempurung, menganggap diri besar dalam ruang yang terasa sempit, karena tidak menyadari begitu luas dunia nyata diluar tempurung.”

“Seseorang yang selalu mengeluh, kasar dan konyol, sesungguhnya tidak menyadari telah merugikan dirinya sendiri, karena apabila ia “mengetahui” maka ia tidak akan melakukan hal itu.”

Kesadaran tidaklah bersifat statis(tetap) tetapi sifatnya On going berkelanjutan, Kesadaran akan selalu mengalami peningkatan dan bertumbuh.

Anda bisa saja merasa bodoh bila mengingat kejadian konyol yang Anda perbuat beberapa tahun yang silam, karena kesadaran Anda sekarang telah mengalami perubahan dan bukanlah ketidaktauan Anda puluhan tahun yang silam.

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai