
ANDA pasti pernah mengalami rasa takut, begitupun saya.
Rasa takut bukanlah sesuatu hal yang buruk, berdasarkan observasi dan eksperimen rasa takut yang saya pelajari dari dalam diri saya sendiri maupun mengamati rasa takut yang dimiliki oleh sebagian orang.
Rasa takut merupakan sebuah potensi, aplikasi atau perangkat yang tertanam pada diri manusia sebagai sensorik.
Rasa takut itu adalah hal yang normal, hanya saja terkadang seseorang menggunakannya secara tidak tepat, tidak sesuai porsi dan dosisnya, sehingga mengakibatkan rasa cemas yang berlebihan dan merugikan diri sendiri.
Lantas, bila rasa takut itu disebut sebagai alat atau perangkat yang ada pada diri manusia, pertanyaannya adalah untuk apa ?
Rasa takut berfungsi sebagai sensor aktif yang mengisyaratkan diri manusia waspada dari sesuatu yang membahayakan.
Contoh, jika seseorang manusia dibuang rasa takutnya, dihilangkan sama sekali dalam tubuhnya, apa yang akan terjadi ? Bisa dipastikan dia akan konyol dan bertindak bodoh masuk kekandang harimau misalnya, habislah dia dicabik-cabik karena dia sama sekali tidak lagi punya rasa takut.
Atau kita amati seorang anak balita yang baru belajar jalan dan berlari-lari ke arah perlintasan kendaraan, pada kondisi ini sensor kewaspadaan dari rasa takutnya belum sepenuhnya aktif sehingga ia tidak menyadari akan bahaya yang dapat mencelakakan dirinya.
Jadi, tanpa rasa takut maka manusia tidak akan mampu bertahan hidup dari segala kemungkinan bahaya.
Dan ketika rasa takut itu difungsikan dengan tepat, sesuai porsinya maka hal itu akan membuat tindakan yang aman.
Saya membagi rasa takut terbagi menjadi dua jenis yaitu :
1. Rasa takut internal.
2. Rasa takut eksternal.
Rasa takut internal adalah ketakutan yang terbentuk dari dalam diri karena keinginan-keinginan dan harapan.
Rasa takut jenis internal ini sifatnya cenderung negatif yang akan menimbulkan perilaku buruk atau melakukan tindakan-tindakan tidak benar sebagai mana mestinya.
Contoh, Takut karena takhayul, takut tidak dihargai karena keinginannya ingin dihormati, takut ditinggal kekasih lantas menjadi pengemis cinta, takut dipecat dari jabatan kemudian menjilat, takut dianggap tidak baik lantas pencitraan agar terlihat oke, dan banyak lagi contohnya.
Rasa takut eksternal adalah rasa takut yang muncul sebagai sinyal bahaya dari faktor luar. Sinyal takut inilah sebagai sensorik spontan tubuh untuk merespon kemungkinan bahaya dari luar yang ditangkap melalui penglihatan, pendengaran dan dari panca indra lainnya dalam mengolah informasi data-data.
Contoh, rasa takut ketika kita dikejar anjing, rasa takut berenang karena ada buaya didalamnya dan sebagainya.
Lantas bagaimana agar kita mampu menggunakan potensi rasa takut secara tepat sehingga tidak merugikan diri sendiri?
Rasa takut menjadi alat yang bertugas sebagai sensor isyarat, ketika rasa itu muncul merespon sebuah kondisi atau peristiwa, maka Akal pikiran jugalah yang akan membuat pilihan tindakan menjadi benar ataupun salah sesuai pengetahuan yang ada pada akal itu sendiri.
Untuk melatih mengontrol rasa takut silahkan saja cari tempat yang seram tengah malam yang konon ada hantunya lalu berdiamlah disana untuk mengujinya.
Anda tidak akan menemukan hantu karena hantu itu adalah buatan pikiranmu sendiri.
Dari hasil penelitian tingkat persentase ketakutan manusia yang tinggi adalah takut tampil di muka publik, takut dari kematian, takut kelaparan, takut tidak mempunyai uang dan takut kehilangan.
“Yang paling menyeramkan dan menakutkan dalam kehidupan ini adalah pikiran buruk yang kita ciptakan sendiri.”(Rudi Skay)