
RUDISKAY.Data.Blog –
Ketika rasa malas kerap mengendalikan diri, maka pikiran dan hati cenderung bertindak membuat pilihan sikap yang abai dan lalai dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan.
Lantas apa solusinya ? Ada baiknya kita mengenali potensi malas ini sebelum dapat dikondisikan secara tepat.
Untuk dapat mengalahkan seorang musuh maka harus mengetahui jelas siapa musuhmu dan bagaimana kekuatan serta kelemahannya.
Dan untuk menaklukkan diri sendiri tentu harus tau siapa dirimu dan apa saja potensi sumber daya yang dimiliki beserta kekurangannya tanpa terkecuali.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan malas, hanya saja malas akan menjadi masalah dan bencana ketika Anda menggunakannya secara ugal-ugalan alias tidak bertanggung jawab yang merugikan diri sendiri juga orang lain.
Sebagai contoh, bagaimana jika saya katakan kalau saya sangat malas, malas ribut-ribut, malas ngurusin masalah privasi orang, malas dengan hal-hal yang tidak jelas dan malas bertele-tele dan sebagainya.
Apakah bisa dibilang malas di atas hal yang buruk ?
Seperti kita ketahui bahwa sesuatu yang baik saja bisa menjadi buruk bila kita gunakan tidak semestinya, tidak pada tempat dan waktunya.
Bahkan sebaliknya, sesuatu yang kita anggap buruk bisa jadi baik dan bermanfaat bila ditempat yang tepat.
Contoh, kita ambil saja sholat subuh. Sholat subuh itu kan baik, tapi dapat menjadi salah bahkan haram kalau Anda kerjakan di waktu sore.
Contoh lagi Kotoran sapi atau kotoran apalah, itu kan buruk bagi banyak orang, apalagi Anda lempar ke muka teman. Namun bila diletakkan ke tanaman, dapat membuat tanah subur dan menjadi pupuk yang bermanfaat.
Baiklah, sebelum tulisan ini melebar kemana-mana kita persingkat saja dengan mengupas apa sebenarnya malas itu.
Malas dalam analisa saya adalah bagian dari komponen perasaan, bukan sifat atau karakter. Melainkan potensi, atau sebuah bagian perangkat psikomotorik yang tertanam pada diri manusia.
Untuk membuktikannya, saya tidak menemukan satupun manusia yang tidak memiliki rasa malas dalam hidupnya.
Kalaupun ada orang yang tidak punya rasa malas sedikitpun dalam dirinya maka bisa dipastikan manusia itu tidak normal, menjadi robot pastinya.
Bila didefinisikan malas itu adalah sebuah reaksi penolakan gerak terhadap suatu aktivitas yang timbul karena tidak menyukai atau tidak mau melakukannya walapun seseorang punya potensi dan dapat melakukan aktivitas tersebut.
Pertanyaannya adalah apa sebenarnya fungsi dari aplikasi rasa malas ini pada diri manusia ?
Rasa malas itu berfungsi sebagai (reset mood) netralisir tingkat strees dan ketegangan dalam rutinitas pekerjaan berat, juga sebagai alat refleksi mental, untuk menurunkan tingkat kecemasan, jedah aktivitas ini dapat mengurangi risiko kelelahan, dan membuat kesehatan mental menjadi stabil dari tekanan.
Tapi di dalam fakta kehidupan banyak orang sering memanfaatkan malas ini secara tidak tepat hingga disebut sebagai pemalas yang melalaikan pekerjaan.
Anda pikir darimana datangnya ide atau penemuan teknologi sampai begitu canggih di zaman ini ?
Muncul dari ide-ide manusia yang dibekali rasa malas untuk mendorong pikiran menemukan solusi sebagai cara cepat dan mudah mengatasi suatu masalah pekerjaan.
Manusia malas berjalan kaki maka ia berinovasi membuat penemuan motor dan mobil.
Manusia malas menimba air maka terciptalah pompa air dan banyak lagi penemuan yang mempermudah pekerjaan manusia untuk tidak repot-repot dan sebagainya.
Nah yang jadi persoalan adalah ketika kita seenaknya menyalahgunakan malas ini secara tidak bertanggung jawab.
Contoh, Kita disuruh bapak atau ibu untuk mengerjakan sebuah tugas.
Tapi Anda sedang asyik main game di handphone misalnya, boleh saja Anda malas tapi tugas harus beres dong.
Mencari akal, ide atau cara bagaimana tugas itu bisa diselesaikan dengan mudah,efisien sebagaimana orang malas yang pasti ingin urusan cepat dan praktis.
Inilah malas bertanggung jawab, tapi kalau malas berkepanjangan tanpa berfikir menyelesaikan apa yang menjadi tugas sampai pekerjaan terbengkalai, bahkan tidak berbuat apa-apa, wah… gawat bro. Sama saja senjata makan tuan namanya.
Dari hasil survey, orang pemalas sering banyak menghabiskan waktu bersantai, berhayal ataupun berimaginasi.
Tidak heran bila orang pemalas itu banyak yang mempunyai kecerdasan inteligency yang tinggi.
Jadi sampai di sini malas itu bukan berarti hal buruk, namun akan menjadi buruk bila kemalasan itu menyebabkan tugas Anda atau kewajiban terbengkalai dan merugikan orang lain.
Yang membuat perbedaan antara malas dan pemalas terletak pada tanggung jawab, ketika Anda malas tapi bertanggung jawab dengan menyelesaikan semua pekerjaan maka Anda bukanlah seorang pemalas yang sesungguhnya.
Silahkan malas tapi semua tugas harus beres tanpa merugikan orang lain. Jangan pula sampai berhutang disana-sini karena malas, karena menumpuk-numpuk pekerjaan adalah sama dengan hutang yang harus dibayar.
“Malas tidak terarah dapat menyebabkan kemiskinan, dan kemiskinan bisa mengakibatkan penderitaan.”
Bersyukurlah bila Anda mempunyai rasa malas terhadap sesuatu namun berfikir menemukan solusi pintas yang bermanfaat bagi kehidupan orang lain.