Nenek Misterius dan Lima Murid (Bagian 9)

Oleh : Rudi Skay.

Setelah beberapa hari Erik ditahan di kantor polisi, Pak Samsul kembali mengadakan pertemuan di sebuah aula besar di dalam gedung kantornya untuk membahas siapa yang akan menggantikan posisi Erik.

Tampak telah hadir Dodi sang manager dan staf lainnya di ruangan itu, Ipan pun tampak gagah penuh percaya diri, dan Oppy juga hadir di situ.

“Apakah kalian ada seseorang calon nama untuk direkomendasikan menjadi pimpinan ?” Tanya pak Samsul kepada orang-orang yang ada di ruangan itu.

Semua seperti diam dan tak mempunyai saran.

“Maaf pak, kalau boleh, saya ingin mangajukan diri untuk mengambil jabatan itu.” Kata Ipan sambil berdiri dengan penuh percaya diri.

“Ipan, jabatan itu tak cocok untukmu, biarlah kamu tetap sebagai kepala security dan pegawai saya.” Jawab pak Samsul.

Ipan sesaat terdiam, wajahnya berubah garang, matanya tajam melotot dengan gigi menggeram, ia memandang sekeliling dan menatap tajam ke arah pak Samsul.

“Bangsat !” dasar tua bangka tak berperasaan, apakah kau meremehkan kemampuanku, hah ! Sekian lama aku berkerja padamu, dan kau hanya menjadikanku sebagai budakmu, aku sudah muak kau perintah-perintah !” Kata Ipan keras dengan wajah beringas.

“Ipan ! Lancang sekali mulutmu ! sudah berani kau sekarang !” Kata pak Samsul dengan wajah memerah.

“Hahahaha.. ! Hahahaha.. !” Ipan tertawa lebar. Dia telah mengatur siasat, bila dia tak diangkat sebagai pengganti Erik maka dia akan melakukan tindak kekerasan, Ipan adalah kepala security di kantor pak Samsul itu. Dan ia telah mengganti seluruh security dengan para penjahat bayaran, dan gedung itu telah dikuasai orang-orang suruhannya.

Semua orang yang ada diruangan itu tampak tegang. Dan Oppy pun berkata keras kepada Ipan.

“Ipan, kurang ajar kamu ! beraninya kamu bicara begitu pada papa !”

“Hahahaha… hahahaha… diam kau wanita jalang ! nanti giliranmu segera tiba, aku pasti akan mencicipi tubuh indahmu itu ! Hahahaha…!”

“Kurang ajar !” Kata Oppy marah, tapi ia hanya bisa diam berdiri dengan wajah geram.

Seketika pintu ruangan itu terbuka dan masuk 20 orang pria berbadan besar mengepung dengan berbagai senjata.

“Hahahaha…! sekarang aku yang berkuasa di ruangan ini, tangkap gadis itu !” Kata Ipan keras memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Oppy.

“Jangan ada yang berani menyentuh gadis itu !” Kata pak Samsul berteriak. Seketika pak samsul menapakkan tangan di atas meja dan dengan cepat melesat melayangkan tubuhnya menubruk beberapa orang yang hendak mendekati Oppy.

“Bruuukkk !!!”

Tiga orang terdorong jatuh oleh tubuh pak Samsul, dan dengan cepat pak Samsul berdiri melindungi Oppy.

Beberapa staf yang ada di ruangan itu berlarian coba untuk keluar ruangan, tetapi dihadang oleh para penjahat itu dan dipaksa duduk berkumpul di pojok ruangan.

“Habisi saja tua bangka itu !” Ipan berteriak kepada penjahat-penjahat bayaran yang menjadi anak buahnya itu.

Dua orang seketika serentak menyerang ke arah pak Samsul, satu orang dari depan mengayunkan pipa baja ke arah kepala, dan satu lagi coba menyergap Oppy dari samping kiri.

Pak Samsul melihat pipa baja itu mengayun ke arah kepalanya, dan dengan cepat ia menjegal serangan itu dengan melancarkan tendangan keras ke dada.

“Buukkk !” tendangannya keras menghantam dada dan orang itu hingga terpental jatuh.

Dengan cepat pula pak Samsul melakukan putaran mengayunkan kakinya ke punggung orang yang hendak menyergap Oppy.

“Buukk !”

Orang itu tersungkur kelantai. Pak Samsul cepat menarik tubuh Oppy dan melindungi di belakang tubuhnya.

Pertarungan sengit pun tak terhindarkan, penjahat-penjahat itu mengeroyok dan terus menyerang, dari kanan-kiri pak Samsul coba menghalau serangan, dari depan dan belakang ia terus berputar bertahan sambil menyerang, melindungi Oppy di belakangnya.

Satu persatu penjahat itu tersungkur dan bangkit, terpental dan kembali menyerang, tapi tak satu pun serangan mereka yang berhasil merobohkan pak Samsul.

“Berhenti !” Ipan berteriak melihat anak buahnya yang kewalahan menghadapi pak Samsul.

Mereka pun mundur ketika melihat Ipan mendekati pak Samsul, terlihat Oppy yang ketakutan berlindung di belakang punggung papanya.

“Boleh juga kepandaianmu tua bangka !” aku ingin melihat sampai di mana kau bisa melindungi gadis itu !” Kata Ipan. Secepat kilat tubuhnya melesat kedepan melakukan pukulan keras ke arah rahang, pak Samsul merasakan angin ke arah kepalanya dan tak mungkin ia mengelak, karena akan membahayakan Oppy, maka ia pun dengan kuat menghantamkan tinjunya ke arah perut Ipan.

“Bakkk !” Buukkk !”

Kedua orang itu sama-sama terkena pukulan. Pak Samsul terhuyung hampir terjatuh kesamping, dan Ipan terdorong hampir jatuh kebelakang.

Kedua orang itu cepat memasang kuda-kuda, tapi begitu cepatnya Ipan kembali menyerang dengan tendangan berputar. Pak Samsul tak sempat mengelak dan tak bisa menebak kaki Ipan yang sebelah mana yang akan mendarat menghantamnya.

“Paakkk !!!”

Kaki kiri Ipan keras menghantam rahang pak Samsul dengan telak.

Pak Samsul terjatuh, dan ia cepat bangkit dengan tubuh goyah, pandangannya mulai menjadi agak gelap dan ia menjadi pusing.

Ipan dengan cepat pula Melesat ke arah pak Samsul dan mendaratkan tinjunya ke arah perut.

“Buukkk !”

“Heegh !” Tubuh pak Samsul tertunduk menahan perutnya yang sakit. Belum sempat ia bergerak, Ipan mengayunkan tangan dari arah bawah melakukan pukulan keras ke dagu pak samsul.

“Duugh !”

“Bruuukkk !” Tubuh pak Samsul terjatuh ke belakang.

Ipan cepat melompat ke arah Oppy dan berhasl menangkap lalu memeluk gadis itu.

“Lepaaskaan !” jangan sentuh aku !” Oppy berteriak dan meronta-ronta mencoba melepaskan diri dari dekapan kuat Ipan.

“Hahahaha !” Ipan tertawa diikuti tawa semua anak buah yang melihatnya.

Pak Samsul dengan susah payah membalikkan tubuhnya, tapi ia merasa pusing dan sekujur tubuhnya sakit. Ia hanya terbaring di lantai menahan sakit dan mencoba memulihkan pandangan matanya yang menjadi gelap.

Ipan dengan buas mencium dan memeluk Oppy. Gadis itu hanya bisa berteriak dan meronta.

“Lepaskan ! Jangan ! Ipan lepaskan aku !” Oppy terus berteriak dan menangis, ia tak mampu melepaskan diri dari lingkaran tangan Ipan yang kuat dan kekar mendekap tubuhnya.

“Hahahaha…! dengar sayang, sudah lama aku mencintaimu, dan baru sekarang aku bisa memelukmu. Aku tak rela Erik si bangsat itu mendekatimu. Dan aku telah berhasil menjebak dia hingga kau membenci pemuda itu ! Hahahaha…!”

“Bajingan kamu Ipan !” Teriak Oppy yang terus meronta-ronta.

“Braaakkkk !” Pintu ruangan itu tiba-tiba didobrak.

“Jangan bergerak ! semua diam di tempat !”

Polisi menyerbu masuk keruangan itu dengan menodongkan pistol. Semua orang terdiam. Tampak Inspektur Yuda dan Erik memasuki ruangan itu. Ipan dengan cepat mengeluarkan pistol dan menodongkannya ke kepala Oppy ketika menyadari sudah dikepung polisi.

“Jangan ada yang coba-coba mendekat ! atau ku tembak kepala gadis ini !” Ipan seketika mengancam, dan ia bermaksud kabur dengan menyandera Oppy.

“Ipaan ! lepaskan dia, bila kau ingin jabatan dan harta, aku akan memberikannya, uhhukk ! Uhhuk ! ” Kata pak Samsul berteriak keras dan terbatuk-batuk dengan tubuh miring terbaring di lantai.

“Tua bangka sialan ! semua ini karena ulahmu ! kenapa baru sekarang kau perduli padaku, bangsat ! Sekarang matilah kau !” Kata Ipan mengarahkan pistolnya untuk menembak pak Samsul. Ipan benar-benar sakit hati dan berniat menghabisi pak Samsul, sekalian ia ingin menunjukkan ke polisi bahwa gertakannya menyandera Oppy bukanlah main-main.

“Daarrr !!” Suara tembakan dari pistol di tangan Ipan terdengar keras.

Secepat kilat puluru meluncur, pak Samsul tak bisa berbuat apa-apa selain menutupi kepala dengan kedua tangan untuk melindungi kepalanya.

“Dess !”

“Aaagrkkh !” Pak samsul berteriak menahan sakit ketika peluru mendarat di lengan kirinya.

Erik yang melihat pistol di tangan Ipan masih mengarah ke pak Samsul, dengan cepat tubuhnya menghilang.

“Wusss !” Seketika tubuh Erik telah berada di depan Ipan, dengan cepat pula Erik memegang tangan Ipan yang memegang pistol dan melancarkan pukulan kewajahnya.

“Puukk !”

Tubuh Ipan terdorong mundur karena wajahnya terkena pukulan Erik, dan pegangan tangan kirinya yang mendekap tubuh Oppy terlepas.

Oppy seketika berteriak memanggil papanya dan berlari menghampiri pak Samsul.

“Papaaa…!” Oppy menangis dan memeluk papanya itu. Lalu ia mencoba membantu pak Samsul untuk duduk.

Ipan yang menyadari tangan kanannya terapit oleh tangan kiri Erik, ia cepat mengayun tinju kirinya ke wajah Erik, dengan cepat Erik menepis dengan tangan kanannya, disusul gerakan cepat menangkap kepala Ipan sambil mengayunkan lutut kanan menghantam wajah Ipan.

“Duuggh !”

“Bruukkk !” “Trakkk !” Tubuh Ipan Jatuh tersungkur, dan pistolnya jatuh ke lantai.

Ipan coba berdiri dan melompat menyambar Pistol yang jatuh di dekatnya.

Tapi dengan cepat kaki Erik mengayun menghantam perutnya.

“Buukkk !”

“Heegh !” Tubuh Ipan kembali jatuh ke lantai, tapi dengan cepat ia kembali berdiri dan memutar tubuhnya melakukan tendangan berputar.

Erik melihat gerakan kaki Ipan bagai baling-baling besar seperti angin tornado yang akan menghantamnya, ia cepat menjatuhkan tubuhnya berguling kesamping. Tendangan Ipan menderu mengenai tempat kosong.

Erik cepat berdiri dan ia melihat Ipan sudah kembali melayangkan pukulan ke arah kepala. Erik menangkis dengan tangan kirinya, menyusul pukulan tangan kanannya ke wajah Ipan, tapi Ipan cepat memiringkan kepala ke samping menyusul lutut kanannya secara cepat pula mengarah ke perut Erik. Dengan cepat tangan kanan Erik menangkis lutut Ipan.

“Paakk !” Tangan kanan Erik memukul lutut Ipan. Dengan cepat Erik menghentakkan kembali tangannya ke atas ke arah wajah.

“Tasss.!” Tangan Erik ditepis tangan kiri Ipan.

Beberapa jurus telah mereka kerahkan untuk saling menyerang. Erik kewalahan menghadapi Ipan, Erik pun terdesak ke dinding karena serangan-serangan cepat yang dilancarkan Ipan.

“Heaahh !” Ipan bersuara keras mengerahkan pukulan lurus ke wajah Erik, ia terlalu bernafsu saat melihat Erik terdesak ke dinding.

Erik tak sempat menangkis atau mengelak lagi karena tubuhnya tersandar di dinding maka dengan cepat Erik menjegal menggunakan kakinya menghantam perut Ipan.

“Duukk !” Ipan sedikit terbungkuk terkena tendangan. Erik dengan cepat menangkap kepala Ipan dan membenturkannya ke dinding sekuat tenaga.

“Duuggh !”

“Bruukk !”

Kepala Ipan dibentur keras ke dinding dan ia jatuh ke lantai.

Erik melihat pistol yang sejak tadi jatuh di lantai, dengan gerakan cepat ia melompat berguling menyambar pistol itu. Kemudian menodongkannya ke arah Ipan yang sedang mencoba bangkit untuk melancarkan serangan kembali.

Erik menyadari Ipan terlalu tangguh ilmu bela dirinya, dan ia tak akan mampu mengalahkan Ipan.

Polisi dengan cepat mengamankan situasi, semua penjahat di ruangan itu dibekuk. Inspektur Yuda dan beberapa orang polisi dengan cepat mendekati Erik dan Ipan. Polisi dengan cepat memborgol Ipan dan membawanya keluar.

Erik lalu menyerahkan pistol di tangannya kepada Inspektur Yuda.

“Sebaiknya cepat kita bawa pak Samsul ke rumah sakit.” Kata Inspektur Yuda kepada Erik.

Akhirnya mereka pun membawa pak Samsul ke rumah sakit menggunakan mobil ambulance.

*****

Semenjak Erik ditahan di kantor polisi. karena tuduhan telah melakukan tindak pemerkosaan. Sejak itu juga Rini tak lagi datang ke kantor tempat ia bekerja, ia memutuskan pulang ke desa ke rumah orang tuanya. Ia ditemani Soni yang mengantarnya pulang ke desa itu.

Desa itu sangat tenang, sejuk dengan berbukitan dan sawah hijau yang menghampar. Pemandangan dan suasana alam yang indah, membuat penduduk di desa itu hidup damai dengan bertani dan berladang.

Di sebuah gubuk di pematang sawah, di sore hari yang sangat indah, hembus angin lembut menggoyang rerumputan dan hamparan padi yang mulai menguning.

“Bang.. sebaiknya bang Soni tak usah lagi ke kota, biarlah kita hidup di desa bang, di sini tenang, bang Soni bisa membantu ayah yang semakin tua untuk mengurus sawah.” Kata Rini berucap kepada Soni. Mereka sedang duduk berdua di gubuk yang terletak di tengah sawah yang tak jauh dari rumah orang tua Rini.

Sudah beberapa hari Soni di desa itu. Ia merasakan damai bersama Rini dengan suasana desa yang ramah. Tapi ketika ia mengingat kedua orang tuanya meninggal karena hutang bank. Ia seakan ingin kembali ke kota untuk kembali merampok seluruh bank di kota itu.

Soni menghela nafas sambil menggigit sebatang rumput yang terselip di bibirnya.

“Sudahlah bang, sampai kapan abang akan melampiaskan amarah dan dendam, semua juga tak akan mengembalikan keadaan. Semua sudah takdir bang, tak inginkah bang Soni hidup tenang, lalu menikah membina keluarga bahagia bersama istri dan anak.” Kata Rini lembut coba meluluhkan hati Soni yang penuh dendam.

Soni menatap gadis itu, mata mereka bertemu. Soni merasakan kelembutan dan kasih yang tulus dari seorang wanita. Rini tak mampu memandang mata Soni yang seakan menembus jantungnya. Ia menatap wajah Soni yang penuh gurat kekerasan, di lihatnya wajah tampan itu tersenyum. Rini tertunduk malu sambil tersenyum. Mereka saat itu sangat bahagia dan menikmati waktu bersama,

“Aku harus kembali ke kota untuk menyelesaikan beberapa urusan, setelah itu kita akan menikah dan membangun rumah tangga di desa ini.” Kata Soni.

Mereka pun saling pandang dan saling tersenyum, Soni membelai rambut Rini yang tertunduk tersipu di sampingnya.

*****

Setelah beberapa lama pak Samsul menjalani perawatan di ruang ICU rumah sakit, ia pun harus menjalani operasi untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di lengan kirinya.

Darahnya banyak terkuras dan harus menjalani transfusi darah, dan kebetulan golongan darahnya sama dengan golongan darah Erik, maka Erik mendonorkan darahnya untuk pak Samsul.

Bersambung ke Bagian 10

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai