Cerita Fiksi | Oleh : Rudi Skay

“YA, aku berharap engkau masih bernafas setelah bertempur dengan serigala itu Yonking.” Kata Rimmo yang semakin memprovokasi amarah Yonking yang membuatnya semakin tidak sabar untuk segera menemukan Rikko.
“Ayo kita bergerak cepat menuju sungai utara.” Kata Yonking kepada pasukan singa, lalu ia melesat cepat berlari diiringi kawanan singa yang berlari bagai berterbangan meninggalkan kawanan harimau tersebut.
Apa yang membuat Yonking turun bukit untuk mencari Rikko sang serigala ? Yonking sangat marah dan merasa terhina atas tewasnya sang inteligen dari kawanan singa yang bernama Pansu.
Pansu tewas ketika ia bertugas melakukan perburuan bersama dua singa lain yang melakukan perjalanan bersamanya.
Tanpa sengaja Pansu bertemu dengan pasukan serigala di saat Pansu mengamuk dan menganiaya kawanan kera di tengah perjalanan di dalam hutan.
Pansu adalah seekor singa jantan muda yang besar dan kejam, ia gemar menyiksa hewan lain yang ia temui dalam perjalanannya.
Di saat Pansu hendak membunuh seekor kera, maka saat itulah pasukan serigala yang dipimpin Rikko melintas di tempat itu dan membuat Pansu menghentikan serangannya kepada kawanan kera.
“Hey serigala-serigala busuk, mau kemana kalian ! akhirnya aku bertemu juga dengan kalian, diantara kalian mana serigala yang bernama Riko yang katanya jagoan itu ? Nasib kalian memang buruk harus bertemu denganku !” Kata Pansu dengan sombong yang menghadang Riko beserta pasukannya.
“Aku Riko, apa yang kau lakukan terhadap kera-kera itu ? bukankah bangsa singa tidak makan daging kera ?” Jawab Riko.

“Bedebah ! jadi kau rupanya serigala yang bernama Riko, dan apa urusanmu bila aku membunuh kera-kera itu ?”
“Bila kau membunuhnya untuk dimakan maka tidak masalah, tapi bila kau bunuh mereka untuk bersenang-senang mengikuti buruknya sifat jahilmu itu maka serigala lebih tepat untuk kau bersenang-senang.”
“Kurang ajar ! Beraninya kau lancang bicara begitu di depanku ! mampus kau !” Bentak Pansu yang sangat murka dan bergerak cepat menerkam Riko.
Terjadilah pertempuran yang brutal, gerakan Riko sangat cepat sehingga membuat Pansu menjadi bulan-bulanan serangan, sedangkan kedua singa anak buah Pansu mencoba melawan puluhan pasukan serigala.
Setelah pertempuran itu berlangsung cukup lama, akhirnya ketiga singa itu tewas dan kalah dalam pertempuran melawan puluhan pasukan serigala yang berjumlah jauh lebih banyak.
*****
Siang itu, di sebuah sungai yang banyak batu-batu besar membelah aliran airnya yang cukup deras mengalir jernih dan sejuk.
Di antara batu-batu besar di tengah sungai itu, berdiri seekor serigala yang di kelilingi puluhan serigala lainnya.
Dia adalah Riko, saat itu ia sedang memberikan arahan dan demonstrasi cara menangkap ikan-ikan besar, Riko mengajarkan kepada pasukannya cara mendeteksi keberadaan sarang ikan besar sambil mereka mandi dan bermain air.
“Celepak-celepuk-byuur….” Suara yang terdengar dari sungai itu ketika kawanan serigala asik bermain air sambil belajar menangkap ikan. Bagi mereka yang beruntung maka mendapat hadiah ikan besar sebagai tangkapan.
Tetapi tidak lama kemudian, suasana saat itu seketika berubah mencekam ketika terdengar raungan keras menggelegar dari atas tanah tinggi bantaran sungai yang berada tidak begitu jauh dari tempat kawanan serigala itu mandi.
“Rrrraaaaauuuumrgrrhhh…!”
Semua pasukan serigala memandang ke arah suara raungan tersebut. Telah berdiri kawanan singa yang bermuka sangar dan bertubuh besar-besar sedang menatap tajam ke arah mereka.
“Siapa dari kalian yang bernama Riko cepat datang kemari dan segera berdiri di hadapanku !” Teriak Yonking kepada semua kawanan serigala itu.
Tiba-tiba sebuah bayangan berkelebat cepat dan telah berdiri dihadapan Yonking.
“Akulah Riko, apa yang kalian inginkan sehingga mengusik kami mandi di sini ?” Kata Riko setelah berkelebat cepat dan sempat membuat Yonking terkejut melihat gerakannya itu.
“Rraaauuuumrrgrhhh…!”
Yonking kembali meraung keras dengan mendongkakkan kepala ke atas, kemudian ia menggoyang-goyang kepala menyibak rambut tebal panjang yang tertiup angin kencang menutupi wajahnya.
“Apakah kau tau dengan siapa kau berhadapan saat ini ?” Berkata Yonking.
“Melihat dari gayamu aku sudah dapat menduga bahwa kau adalah Yonking raja dari bangsa singa yang dikenal oleh seluruh penduduk rimba.” Jawab Riko.
“Kau cukup cerdas ternyata, aku ke sini hendak membuat perhitungan denganmu, kau telah lancang membuat gaduh se isi rimba, dan kau juga telah membunuh ketiga singa anak buahku.” Kata Yonking kepada Riko.
“Sama sekali aku tidak berniat membuat kegaduhan, dan ketiga singa anak buahmu itu tewas karena telah menganggap kami sebagi musuh dan mereka yang memulai pertempuran menyerang kami.”
“Lantas apa tujuanmu hingga keluar masuk seluruh kawasan rimba seenakmu dan memerangi seluruh penguasa-penguasa di wilayah bagian rimba ini ?”
“Kami hanya melakukan tour wisata, sudah lama bangsa serigala hidup dalam tekanan dan tidak merasakan kebebasan alam di rimba raya ini.”
“Hmmgrrhh.. Ada hubungan apa kau dengan serigala siluman hitam ? aku mengenali gerakan yang kau lakukan saat berlari tadi.” Tanya Yonking yang mulai sedikit berhati-hati.
Yonking dan serigala hitam Zintam pernah bertemu dan bertarung satu lawan satu, mereka bertempur habis-habisan satu hari satu malam, dan tanpa ada yang mengetahui pertarungan mereka di dalam sebuah goa batu besar. Namun pada akhirnya Yonking kalah dan berhasil kabur melarikan diri.
“Beliau adalah guruku.” Jawab Riko singkat.
Sikap Yonking seketika berubah, ia menjadi sedikit gentar mendengar nama Zintam sang serigala siluman hitam, dan membuat Yonking tidak lagi begitu berambisi untuk bertempur menghadapi Riko.
“Hmm, pantas ! menimbang sepak terjangmu di rimba ini sebenarnya kau layak di hukum mati, apa alasan yang bisa kau jelaskan sehingga aku tidak membunuhmu dan membiarkanmu hidup hey Riko ?”
“Kau sama sekali tidak mempunyai hak apapun untuk menghakimi segala perbuatanku Yonking, pembunuhan yang aku lakukan hanyalah mengikuti takdirku sebagai pemburu dan membela diri dari musuh-musuh yang berniat membunuhku, bila kau mampu membunuhku maka silahkan saja Yonking, dan aku akan bangga jika mati bertarung di tangan raja singa, saat ini, esok atau kapanpun aku juga pasti akan mati.” Jawab Riko.
“Aku ingin melihat sejauh mana kemampuanmu Riko, kau hadapilah salah satu anak buahku untuk membuktikan bahwa kau layak diakui sebagai raja bangsa serigala.”
Leon ! serang dia !” Kata Yonking memberi perintah kepada salah satu anak buahnya.
Dengan gerakan cepat seekor singa jantan besar yang bernama Leon melompat menerkam ke arah Riko.
Riko pun menyambut serangan itu dengan melompat kedepan dan mencengkram menangkap kepala Leon. Serentak kaki Riko menghantam perut Leon diiringi menarik kepala Leon secara cepat hingga membuat gerakan bantingan berputar.
“Buuukk !”
Tubuh Leon terbanting keras di atas rumput berbatu, dan belum sempat ia berdiri tegak Riko telah berada di atas punggungnya dengan cengkraman kuat di leher.
Leon meronta keras melepaskan cengkraman kuku-kuku tajam Riko, berkali-kali Leon kerepotan melepaskan diri dari cengkraman yang selalu datang tidak terduga, ia hanya bisa bertahan tanpa dapat menyerang.
Pertarungan itu mutlak didominasi oleh Riko, Leon hanya menjadi mainan, dalam waktu singkat seluruh rambut gondrong tebal di kepala dan leher leon telah rontok dan membuat Leon terlihat menjadi seperti sesosok singa betina yang tidak memilik bulu rambut di kepala dan leher.
Melihat anak buahnya hanya menjadi bulan-bulanan, Yonking berteriak menghentikan pertarungan.
“Cukup ! hentikan pertarungan kalian !”
“Kenapa kau hentikan Yonking ? Apakah kau sudah puas melihat anak buahmu sekarang berkepala plontos.”
“Cukup Riko, sebagai raja singa aku mengakui kau sebagai raja serigala yang sah, urusan kita selesai saat ini, kita akan kembali bertemu membuat perhitungan di lain waktu.” Kata Yonking yang merasa sudah tidak nyaman berlama-lama disana.
“Temui aku kapanpun kau mau Yonking, aku harap engkau selalu mengingat aturan sakral yang selalu dipegang oleh kesatria raja-raja pemimpin wahai Yonking.”
“Kita lihat saja nanti Riko, Ayo kawan-kawan kita pergi.” Kata Yonking memerintahkan seluruh kawanan singa meninggalkan tempat itu.
*****
Sejak saat itu, bangsa serigala menjadi kawanan hewan yang paling disegani di seluruh rimba, kemanapun mereka pergi tidak ada hewan kuat manapun yang berminat mencari gara-gara menjadi musuhnya.
Di suatu malam, saat bulan purnama bulat penuh di atas langit menerangi seluruh kawasan rimba belantara terbentang.
Di atas sebuah bukit batu yang menjulang, berdiri sesosok serigala yang mendogkak menatap langit.

Serigala itu tidak lain adalah Riko, ia sengaja menyendiri untuk menemukan semua jawaban dari berbagai pertanyaan yang ada dalam dirinya.
“Aaaaaooouuuoong.. ngong.. ngoo…”
Sesekali ia melolong keras yang suaranya menggema ke seluruh rimba.
Ia teringat keluarga yang membesarkannya, terselip rindu dan rasa haru dihatinya.
Ingin rasanya bertemu dan kumpul bersama keluarganya itu, tapi sebagai kesatria ia tidak boleh melanggar sumpah, ia menghormati semua aturan dan hukum yang berlaku di keluarga rusa tersebut. Walaupun semua aturan keyakinan tersebut bertentangan dengan fitrahnya sebagai serigala.
Riko menarik nafas panjang, dilihatnya burung malam menari terbang bebas menambah keindahan purnama di malam itu.
Ingin rasanya ia menjadi seperti burung itu yang bebas terbang di angkasa yang tinggi, tetapi ia pun teringat petuah-petuah yang diberikan sang guru.
“Kebahagiaan hidup bukanlah untuk memiliki segalanya, tetapi menerima kekurangan diri dan dapat menikmatinya.”
“Jika engkau tercipta sebagai serigala jangan berusaha menjadi badak lalu bergaya seperti domba, yang membuatmu menjadi serigala bermuka badak dan berbulu domba.”
“Dalam hukum rimba, siapa yang pintar dan kuat akan berkuasa, dan siapa yang bodoh dan lemah menjadi korban. Jika kau tidak ingin menjadi korban maka kau harus pintar dan kuat, untuk bisa pintar dan kuat tentu kau harus belajar dan terus berlatih diri.”
“Pada puncak tertinggi, musuh terbesar dalam peperangan kehidupan ini bukanlah melawan Makhluk lain, tetapi adalah pertempuran menaklukkan dirimu sendiri.”
“Aaaaooooooouuooongngoo… ngo…”
***TAMAT***